Senin, 21 September 2009

Keluasan Neraka


Yazid Arraqqasyi dari Anas bin Malik ra. berkata: Jibril datang kepada Nabi SAW pada waktu yg ia biasanya tidak datang dalam keadaan berubah mukanya, maka ditanya oleh Nabi SAW: “Mengapa aku melihat kau berubah muka?”

Jawabnya: “Ya Muhammad, aku datang kepadamu di saat Allah menyuruh supaya dikobarkan penyalaan api neraka, maka tidak layak bagi orang yang mengetahui bahawa neraka jahanam itu benar, dan siksa kubur itu benar, dan siksa Allah itu terbesar untuk bersuka-suka sebelum ia merasa aman daripadanya.”

Lalu Nabi SAW bersabda: “Ya Jibril, jelaskan padaku sifat jahanam.”
Jawabnya: “Ya. Ketika Allah menjadikan jahanam, maka dinyalakan Selama seribu tahun, sehingga merah, kemudian dilanjutkan seribu tahun sehingga putih, kemudian seribu tahun sehingga hitam, maka ia hitam gelap, tidak pernah padam nyala dan baranya.

Demi Allah yang mengutus engkau dengan hak, andaikan terbuka sebesar lubang jarum niscaya akan dapat membakar penduduk dunia semuanya karena panasnya.

Demi Allah yang mengutus engkau dengan hak, andaikan satu baju ahli neraka itu digantung di antara langit dan bumi niscaya akan mati penduduk bumi karena panas dan basinya.

Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan satu pergelangan dari rantai yang disebut dalam Al-Qur’an itu diletakkan di atas bukit, niscaya akan cair sampai ke bawah bumi yang ke tujuh.

Demi Allah yang mengutus engkau dengan hak, andaikan seorang di ujung barat tersiksa, niscaya akan terbakar orang-orang yang di ujung timur karena sangat panasnya.

Jahanam itu sangat dalam dan perhiasannya besi, dan minumannya air panas campur nanah, dan pakaiannya potongan-potongan api. Api neraka itu ada tujuh pintu, tiap-tiap pintu ada baagiannya yang tertentu dari orang laki-laki dan perempuan.”

Nabi SAW bertanya: “Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu rumah kami?”
Jawabnya: “Tidak, tetapi selalu terbuka, setengahnya di bawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jarak perjalanan 70,000 tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain 70 kali ganda.”

Tanya Rasulullah SAW: “Siapakah penduduk masing-masing pintu?”
Jawab Jibril: “Pintu yg terbawah untuk orang-orang munafik, dan orang-orang yang kafir setelah diturunkan hidangan mukjizat Nabi Isa a.s. serta keluarga Fir’aun sedang namanya Al-Hawiyah. Pintu kedua tempat orang-orang musyrikin bernama Jahim. Pintu ketiga tempat orang shobi’in bernama Saqar. Pintu ke empat tempat Iblis dan pengikutnya dari kaum majusi bernama Ladha. Pintu kelima orang yahudi bernama Huthomah. Pintu keenam tempat orang nasara bernama Sa’eir.”

Kemudian Jibril, diam segan pada Rasulullah SAW sehingga ditanya: “Mengapa tidak Kau terangkan penduduk pintu ketujuh?”
Jawabnya: “Di dalamnya orang-orang yg berdosa besar dari ummatmu yang sampai mati belum sempat bertaubat.”

Maka Nabi SAW jatuh pingsan ketika mendengar keterangan itu, sehingga Jibril meletakkan kepala Nabi SAW di pangkuannya sehingga sadar kembali dan sesudah sadar Nabi SAW bersabda: “Ya Jibril, sungguh besar kerisauanku dan sangat sedihku, apakah ada seorang dari ummatku yang akan masuk ke dalam neraka?”
Jawabnya: “Ya, yaitu orang yang berdosa besar dari ummatmu.”

Kemudian Nabi SAW menangis, Jibril juga menangis, kemudian Nabi SAW masuk ke dalam rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk sembahyang kemudian kembali dan tidak berbicara dengan orang dan bila sembahyang selalu menangis dan minta kepada Allah.

Dari Hadith Qudsi: Bagaimana kamu masih boleh melakukan maksiat, sedangkan kamu tak dapat bertahan dengan panasnya terik matahari-Ku. Tahukah kamu bahwa neraka jahanamKu itu:

  1. Neraka Jahanam itu mempunyai 7 tingkat
  2. Setiap tingkat mempunyai 70,000 daerah
  3. Setiap daerah mempunyai 70,000 kampung
  4. Setiap kampung mempunyai 70,000 rumah
  5. Setiap rumah mempunyai 70,000 bilik
  6. Setiap bilik mempunyai 70,000 kotak
  7. Setiap kotak mempunyai 70,000 batang pokok zarqum
  8. Di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 ekor ular
  9. Di dalam mulut setiap ular yang panjang 70 hasta mengandung lautan racun yang hitam pekat.
  10. Juga di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 rantai
  11. Setiap rantai diseret oleh 70,000 malaikat

Mudah-mudahan dapat menimbulkan keinsafan kepada kita semua.

- 1 Oktober 2007


Sumber :

Hilmi Arifin

http://hilmiarifin.com/keluasan-neraka/

23 September 2009

Sumber Gambar:

http://muslimstory.files.wordpress.com/2009/04/hell.jpg

Hal yang Menyebabkan Manusia Masuk Neraka


Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

(Al-A’raaf 179)

Dalam surat Al-A’raaf ayat 179 ini Allah menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan manusia dan jin terjerumus masuk kedalam neraka jahanam, antara lain :

  1. Mereka mempunyai hati namun tidak digunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah
  2. Mereka mempunyai mata namun tidak dipergunakannya untuk melihat tanda kekuasaan Allah
  3. Mereka mempunyai telinga namun tidak digunakannya untuk mendengarkan nasehat dan ayat-ayat Allah.

Keadaan mereka tersebut diatas bagaikan binatang ternak bahkan lebih sesat lagi dari itu,dan mereka termasuk kedalam kelompok orang yang lalai.

Hati yang sakit

Hati manusia ada yang sehat bercahaya menerangi kehidupan diri dan lingkungannya dan ada pula yang sakit dan gelap serta merongrong kehidupan diri dan lingkungannya. Hati yang sehat dipenuhi dengan rasa Iman, takwa, tawakkal, sabar, dan sangat cinta mendengarkan nasehat dan ayat Qur’an, membawa rahmat dan manfaat bagi diri dan lingkungannya.

Hati yang sakit dan gelap dipenuhi rasa takut, cemas,kecewa, dendam, benci, sombong, ria, suka dipuji, tamak, cinta dunia dan lain sebagainya. Orang yang ada penyakit dalam hatinya merasa benar sendiri, dan sulit menerima nasehat saran atau kritik dari orang lain. Mereka enggan untuk sujud dan tunduk pada Allah. Seluruh usaha dan kegiatannya hanya ditujukan untuk meraih kehidupan dunia, mereka mengabdi pada kepentingan syahwatnya. Mereka berusaha memuaskan kebutuhan syahwat dan nafsunya dengan berbagai cara, tidak peduli halal dan haram. Inilah orang yang telah ditutup hatinya oleh Allah dengan pernyataannya dalam surat Al Baqarah ayat 7 dan Jatsiyah ayat 23 :

Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (Al Baqarah 7)

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

(Al Jatsiyah 23)

Peliharalah hati dari berbagai penyakit yang dapat membutakan hati dari menerima kebenaran. Hati yang dipenuhi penyakit hanya akan mendorong seseorang untuk mengerjakan perbuatan keji dan mungkar yang akan nmenjerumuskannya kedalam api neraka jahannam yang panas membakar.

Mata yang buta

Orang yang buta mata hatinya tidak mampu melihat tanda tanda kekuasaan dan kebesaran Allah yang banyak bertebaran dilangit dan bumi ini. Kalau diperhatikan sebenarnya pada penciptaan langit dan bumi serta tumbuh2an dan hewan yang terdapat didarat, laut maupun angkasa serta pada diri manusia sediri, terdapat tanda tanda kekuasaan dan kebesaran Allah bagi orang yang mau mengambil pelajaran. Namun sedikit sekali orang yang mampu melihat tanda kebesaran Allah tersebut, walaupun matanya sehat, tidak buta dan dapat melihat dengan jelas. Mereka hanya mampu melihat benda disekitarnya dengan jelas, namun tidak mampu melihat tanda kebesaran Allah yang ada pada benda tersebut. Kalau mereka mampu memanfaatkan matanya dengan benar mereka akan dapat melihat tanda kebesaran Allah pada sesuatu yang mereka lihat itu.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (Ali Imran 190)

Namun sayang sebagian besar manusia tidak mampu mengambil pelajaran dari berbagai kejadian yang mereka lihat dan alami. Berbagai kejadian yang mereka alami dan lihat berlalu begitu saja. Mereka menganggap itu sebagai hukum alam, suatu kejadian atau materi hadir dalam kehidupan mereka dari tiada menjadi ada, dan kembali menjadi tiada hanya karena suatu proses alami saja. Kita hidup, mati kemudian berlalu begitu saja , tidak ada lagi kehidupan sesudah mati, semua itu terjadi karena proses alam.

Fikiran, cita cita dan usaha mereka seluruhnya ditujukan hanya untuk kehidupan dunia. Mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan, tidak peduli halal dan haram. Mereka tidak paham kalau kehidupan ini ada yang memiliki dan mengaturnya,sikap ini menggiring mereka untuk maasuk kedalam api neraka jahannam yang panas membakar.

Telinga yang tuli

Sebagian manusia ada yang telinga batinnya tuli, mereka lebih tertarik mendengar musik, cerita gosip, berbagai berita dan kejadian didunia yang menarik hati. Mereka tidak tertarik untuk mendengar nasehat, kajian agama, ataupun ayat-ayat Qur’an. Mereka terlalu asyik dengan kehidupan dunia, enggan mendengar lantunan ayat Qur’an yang menasehati atau kajian tentang Iman, Tauhid, kebesaran Allah, kehidupan akhirat yang banyak diperdengarkan melalui media radio, televisi maupun ceramah umum. Mereka lebih suka mendengar suara musik, nyanyian, berita politik dan kejadian dari segala penjuru dunia.

Hati yang penuh penyakit, mata hati yang buta, telinga batin yang tuli menyebabkan mereka hidup bagai binatang ternak, yang tujuan hidupnya hanya untuk makan minum, tidur dan mendapatkan kesenangan dunia. Seluruh usahanya hanya ditujukan untuk kehidupan dunia, mereka lalai dari mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat, itulah yang menyebabkan mereka terjerumus kedalam jurang neraka yang dalam. Bersihkan hati dari berbagai penyakit, latih mata dan telinga untuk memahami tanda kebesaran Allah dialam ini. Insya Allah selamat hidup didunia dan akhirat.


Sumber :
Fadhil ZA
23 September 2009

Sudah Takutkah Dirimu Kepada Allah dan Siksa Neraka?

وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ

Dan Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya dan baginya siksa yang menghinakan (QS 4: 14)

Allah swt sebagai pencipta, pemilik, penguasa, dan pemelihara alam semesta ini telah menetapkan hukum-Nya di dunia ini yang berlaku secara adil bagi seluruh manusia. Bahwa barangsiapa mentaati hukum Allah, yakni orang yang beriman dan beramal shaleh balasannya adalah kehidupan yang penuhkebahagiaan di sorga yang kekal (QS 4: 13). Sedang barangsiapa mendurhakaiAllah dan melanggar hukum-hukumNya, maka balasannya adalah kehidupan yang hina-dina di dalam neraka yang menyala-nyala kekal selama-lamanya (QS 4: 14).

Neraka, inilah seburuk-buruk tempat kembali bagi orang yang durhaka kepada Allah.

- Para penghuninya dibakar di dalam api yang gejolaknya mengepung dari segala penjuru (QS 18: 29).

- Mereka di siram dengan air yang sangat panas sehingga menghancurkan seluruh isi perut mereka (QS 22: 19-20).

- Mereka dicambuk dengan cambuk dari besi (QS 22: 21).

- Kepada mereka juga dipakaikan pakaian dari api (QS 22: 19), tikar dan selimut dari api (QS 7: 41).

- Setiap kulit mereka hangus terbakar akan diganti dengan kulit baru. Setelah terbakar hangus akan diganti dengan kulit yang baru lagi (QS 4: 56). Begitu seterusnya selama-lamanya.

- Apabila nyala api neraka Jahannam hendak padam, nyala itu akan ditambah api (QS 17: 97).

- Mereka tidak diperkenankan keluar dari neraka dan setiap mau keluar lantaran kepedihan, mereka akan dikembalikan ke dalamnya (QS 22: 22).

Tidak ada seorangpun yang mampu menahan siksa neraka. Setiap kali haus dan hendak minum, mereka diberi minum dari nanah yang menjijikkan (QS 14: 16). Bila perut terasa lapar dan hendak makan, mereka diberi makan dari pohon zaqum (QS 37: 66), pohon berduri yang tidak menghilangkan lapar (QS 88: 6, 7).

Semua penghuninya menyesal atas perbuatan mereka di dunia.(QS 67: 10) dan sangat berharap bisa kembali lagi ke dunia untuk menjadi orang beriman (QS 26: 102). Namun penyesalan yang terlambat seperti itu tidak akan berguna. Bersama Fir’aun, bersama Qarun, bersama Abu Jahal dan orang-orang kafir lainya dari jaman ke jaman mereka akan disiksa di dalam neraka selama-lamanya.

Peringatan Allah di dalam Al Qur’an hendaknya kita jadikan pelajaran, jangan sampai kita menyesal sesudah terlambat. Sekaranglah saatnya yang tepat untuk bertaubat dari segala dosa dan kesalahan. Sekarang juga saatnya yang tepat untuk menumbuhkan rasa takut kepada Allah dan siksa neraka. Dan sekarang juga saatnya yang tepat untuk kembali berjalan di atas jalan yang lurus, shiraathalmustaqiim.

Orang-orang beriman yang lurus dalam keimanannya selalu merasa takut terhadap siksa api neraka. Mereka selalu berusaha menghindari kesalahan sekecil apapun. Mereka merasa terancam seolah-olah ada gunung yang hendak runtuh menimbuni mereka. Rasa takutnya kepada Allah dan siksa neraka membimbing mereka untuk selalu berbuat baik. Rasulullah saw sendiri pernah bersabda kepada para sahabatnya, bila kamu melihat apa yang aku lihat niscaya kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Karena kefahaman mereka akan ngerinya siksa nereka para sahabat yang mendengarpun kontan menangis di depan Rasulullah saw.

Abu Bakar ash Shiddiq seorang sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah saw sendiri pernah berharap untuk menjadi seekor burung, sehingga tidak perlu bertanggung-jawab atas perbuatannya di dunia. Padahal beliau termasuk orang yang banyak beramal shaleh.

Begitu pula Umar bin Khathab yang Rasulullah saw sendiri pernah bersabda bahwa Allah telah menjadikan kebenaran pada lidah dan hatinya, pernah berharap untuk menjadi seonggok jerami agar tidak perlu bertanggung-jawab atas perbuatan-nya. Dia merasa cukup bahagia bila amal shalehnya yang banyak itu dibalas impas, kembali pokok tanpa untung sama sekali asal terbebas dari siksa api neraka.

Abdurrahman bin Auf pernah meninggalkan makanan enak yang dihidangkan kepadanya, karena takut kalau-kalau amal shalehnya semua dibalas tunai di dunia dan di akherat kelak tidak mendapatkan apa-apa. Karunia Allah yang berlimpah ruah yang diberikan di dunia ini beliau curigai sebagai balasan tunai atas seluruh amal shalehnya. Beliau khawatir kalau-kalau tidak lagi memiliki amal shaleh di akherat nanti yang dapat dipergunakan untuk mengimbangi kesalahan dan dosa yang harus dipertanggung-jawabkan di akherat.

Semua orang shaleh akan merasa takut akan murka Allah dan takut akan ngerinya siksa api neraka. Orang-orang seperti itulah yang dijanjikan oleh Allah untuk mendapatkan ampunan dan pahala yang besar (QS 67: 12). Tidakkah kita suka menjadi hamba-Nya yang demikian?

Written by Abu Taufik at Taury

- 5 Agustus 2009


Sumber :

Abu Taufik at Taury

http://mta-online.com/v2/2009/08/05/sudah-takutkah-dirimu-kepada-allah-dan-siksa-neraka/

23 September 2009

Penghuni Neraka

''Aku melihat ke dalam surga, maka kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka, maka kebanyakan penduduknya adalah wanita.'' (HR Bukhari dan Muslim). Suatu hal yang pasti bahwa neraka adalah tempat bagi kaum Musyrikin dan pelaku dosa yang melanggar aturan Allah SWT. Setiap Muslim yang mendengar kata neraka, tentu berharap kepada Allah SWT agar kelak tidak menjadi salah satu penghuninya.
Imam Qurthubi mengomentari hadis di atas, ''Penyebab banyaknya kaum wanita yang masuk neraka adalah karena hawa nafsu yang mendominasi mereka. Kecondongan mereka pada kesenangan-kesenangan duniawi dan berpaling dari akhirat. Mereka mudah tertipu oleh kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah beramal saleh. Mereka juga menjadi penyebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum pria dari akhirat karena hawa nafsu dalam diri mereka. Kebanyakan mereka memalingkan diri dan selain mereka dari akhirat. Cepat tertipu jika diajak pada penyelewengan terhadap agama dan sulit menerima jika diajak pada akhirat.'' (Jahannam Ahwaluha wa Ahluha hlm 29-30 dan At-Tadzkirah hlm 369).

Ketika Rasulullah SAW dan para sahabat melakukan shalat gerhana matahari dengan sangat panjang, beliau melihat surga dan neraka. Saat melihat neraka, beliau bersabda, ''Tidak pernah aku melihat pemandangan seperti itu sebelumnya. Aku melihat kebanyakan penduduk neraka adalah kaum wanita.'' Sahabat bertanya, ''Mengapa (demikian) wahai Rasulullah?'' Beliau menjawab, ''Karena kekufuran mereka.''

Kemudian para sahabat bertanya lagi, ''Apakah mereka kufur kepada Allah?'' Beliau menjawab, ''Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang, kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai), niscaya dia akan berkata, 'Aku tidak pernah melihat sedikit pun kebaikan pada dirimu'.'' (HR Bukhari).

Hadis lain menyebutkan, ''Wanita-wanita yang berpakaian tapi hakikatnya telanjang, melenggak-lenggokkan kepala karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala-kepala mereka seperti punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak pernah mencium wanginya surga padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.'' (HR Muslim dan Ahmad).

''Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan ahlimu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.'' (QS At-Tahrim (66): 6).

13 Mei 2006

Sumber :
Neneng Syamsiyah / Republika, dalam:
23 September 2009

72 Golongan Masuk Neraka

Assalaamu`alaikum Wr. Wb.

Saya baru saja membaca buku Fatwa ulama tentang Jama`ah Tabligh. Cukup "menarik & memprihatinkan". Di situ JT & Ikhwanul Muslimin digolongkan dalam 72 golongan yang akan masuk neraka. Sudah begitu parahkah dua organisasi itu?

Dan benarkan kita boleh memvonis sebuah jamaah itu dengan jamaah ahli neraka? Bukankah neraka syurga neraka hanya milik Allah? Terima kasih. wassalaam.

-abuyah-

Jawaban

Wa'alaikum Salam Wr. Wb.

Terimakasih,

Beginilah kondisi kaum muslimin sekarang, saling mengklaim dan saling menghakimi. Justru karena berfikirnya baru pada level inilah maka umat Islam belum bisa beranjak dari keterpurukan.

Kondisi seperti ini sangat membahayakan umat Islam, meskipun terkadang tampak benar secara harfiyah. Padahal tidak demikan sesungguhnya.

Dalam hal ini ada beberapa poin yang dapat kami kemukakan:

1. Hadits firoq dimana 72 golongan masuk neraka dan 1 masuk surga hanya membuat kriteria : yang selamat adalah yang berpijak pada pijakan Nabi dan sahabatnya. Dengan bahasa lain selama masih berpijak pada Quran dan Sunnah Insya Allah selamat. Jadi hadits firoq (yang menjelaskan 73 golongan umat Islam) tersebut tidak pernah berbicara nama-nama kelompok (golongan). Tetapi berbicara kreteria golongan yang selamat

2. Karena hadits tersebt berbicara kriteria maka tidak cukup mudah menerapkan pada organisasi-oraganisasi Islam modern. Para Ulama' sudah mendaptkan penerapnnya dan obyeknya yang sudah populer dalam kajian golongan Islam klasik. Mulai Syiah, Qodariah, Jabariah. Murjiah, Mutazilah dan seterusnya.

3. Adapun organisasi Isalam modern belum ada penetapan yang jelas dari para Ulama; apakah yang ini masuk ahli neraka dan yang itu masuk ahli surga. Yang ada baru klaim sebagian dan dibalas klaim dari yang lain. Jadi sama-sama melempar isu negatif pada pihal lain.

4. Mengenai JT dan IM. Kedua organisasi ini hanyalah organisasi pergerakan biasa yang mengusung kembalinya umat Islam kepada ajaran Islam. JT fokus pada menghidupkan sunnah-sunnah harian seperti shalat berjamaah dan berpenampilan Islami. Sedangkan IM mendedikasikan dirinya untuk perjuangan Islam kaffah, sehingga akhirnya banyak yang masuk dunia politik. Dari sini tidak tepat kalau disebut ahli neraka. Semoga yang menetapkannya diberikan hidayah dan pandangan yang lebih utuh.

Tetapi harus diakui, ada beberapa hal yang perlu diluruskan dalam JT dan IM. Misalnya tentang beberapa bida'ah yang berkembang di JT atau beberapa pandangan aqidah yang dianggap oleh sebagian ulama' menyimpang untuk kasus IM. Jika diasumsikan hal-hal ini benar-benar salah maka itu pun tidak mengeluarkan mereka dari 1 golongan yang selamat itu. Karena dua-duanya tetap berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Sunnah. Apalagi jika faktanya tidak benar. Karena organisasi ini terus-menerus mengadakan perbaikan dan penyempurnaan.


- 16 April 2009


Sumber :

http://www.republika.co.id/berita/44389/72_Golongan_Masuk_Neraka

23 September 2009

Hakikat Surga dan Neraka

Tanya :

Selama ini saya belum merasa pernah mendapatkan penjelasan yang memuaskan tentang hakikat surga dan neraka, khususnya yang disebut terakhir.

Saya masih belum bias menjelaskan, bagaimana mungkin Allah – yang nota bene Maja Pengasih lagi Maha Penyayang -- akan “tega” menyiksa manusia yang lemah ini dengan sedemikian dahsyat. Adakah penjelasan yang masuk akal dan memuaskan mengenai masalah ini?


Jawab :

Al-Qur’an dan hadis sering memberikan gambaran yang bersifat simbolik. Kadang makna hakikinya harus diturunkan melalui suatu penafsiran hemeneutis yang biasa disebut ta’wil. Kadang makna hakiki tentang sesuatu ditampilkan secara sekaligus, meski di tempat berbeda, dengangambaran simbolik itu.Nah, di antara kasus yang disebut terakhir ini adalah persoalan pemahaman atau hakikat surga dan neraka.

Tentu tak perlu diperdebatkan lebih jauh bahwa dalam al-Qur’an dan hadis banyak penggambaran yang bersifat fisik tentang surga dan neraka. Yakni, surga adalah kenikmatan fisik, sementara neraka adalah hukuman yang bersifat fisik pula. Tapi, jika kita pelajari ayat-ayat al-Qur’an lainnya tentang masalah yang sama, kita dapati di beberapa tempat Allah dan Rasul menggambarkan keduanya sebagai bersifat ruhaniah. Mengenai surga, kita dapati bahwa ia merupakan suatu situasi ketenteraman dan kedamaian ruhaniah. Sebagai contoh adalah firman-Nya di bawah ini :

“Wahai jiwa yang tenang. Pulanglah kepada Rabb-mu dengan ridha dan diridhai(-Nya), Maka masuklah ke dalam kelompok hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke surgaku.”

Tampak jelas di dalam ayat di atas bahwa yang masuk surga adalah jiwa atau ruh kita. Karena itu, tentunya kenikmatan yang akan dirasakan juga bersifat ruhaniah.

Tak jarang pula digambarkan dalam al-Qur’an bahwa kenikmatan surga identik dengan “memandang” atau bertemu dengan Allah Swt. Sejalan dengan itu, berada di surga disamakan dengan mendapatkan ridhwan (jamak ridha) Allah, sebagaimana juga disebutkan dalam ayat yang dikutip di atas.

Demikian pula hanya dengan neraka. Dalam salah satu ayat, Allah Swt. berfirman : “Dan tahulah kamu apa itu khuthamah. Itulah api Allah yang menyala-nyala. Yang jilatannya sampai ke hati.”

Di sini tersurat dengan jelas bahwa siksaan api neraka sesungguhnya menerpa hati atau ruh kita

Jadi, bisa kita simpulkan bahwa sesungguhnya surga itu suatu keadaan kebersamaan kita dengan Allah Swt. – Kekasih sejati kita -- yang di dalamnya kita dinaungi oleh ridha Allah dan, karenanya, kita mengalami kedamaian dan ketenteraman total. Sedangkan neraka adalah suatu keadaan kesedihan dan kesumpekan luar biasa akibat kita tidak diridhai dan jauh dari-Nya.

Demi mempermudah pemahaman kita akan hal ini, marilah kita pelajari hakikat kenikmatan dan siksaan di alam kubur (barzakh). Alam kubur atau barzakhadalah alam transisi yang berada di antara alam kehidupan di dunia ini dan alam akhirat yang sepenuhnya bersifat ruhani. Di alam ini, kita masih mempertahankan sebagaian ciri modus kehidupan duniawi sekaligus sudah mulai mendapatkan ciri modus kehidupan ukhrawi. Yakni, di alam ini masih ada bentuk dan jumlah, tapi tak ada eksistensi fisik. Ibn ‘Arabi mengilustrasikan modus keberadaan di alam barzakh ini dengan bayangan cermin. Bayangan cermin masih menyimpan ciri-ciri obyek duniawi, yakni bentuk dan jumlah, tapi sudah kehilangan wujud fisikalnya. Contoh lain adalah eksistensi di alam mimpi. Ketika kita bermimpi, semuanya seolah seperti terjadi di kenyataan kehidupan duniawi – adabentuk dan jumlah. Tapi, sesungguhnya semua obyek mimpi itu tak memiliki eksistensi fisikal,

Itu sebabnya, Ibn ‘Arabi menyatakan bahwa pengalaman kenikmatan di alam kubur sebenarnya sama dengan mimpi yang indah, sementara siksaan kubur mengambil bentuk seperti mimpi buruk. Tentu dengan intensitas yang berbeda-beda tergantung intensitas kenikmatan dan siksaan yang diberikan oleh Allah.

Nah, jika kita ekstrapolasikan hal ini ke kehidupan akhirat yang sepenuhnya bersifat ruhani, maka dapat dipahami bahwa surga sepenuhnya terkait dengan kenikmatan ruhaniah, sedangkan neraka dengan siksaan ruhaniah. Kesimpulan pertama yang bisa kita ambil adalah, gambaran kenikmatan dan siksaan fisik dalam al-Qur;an dan hadis pada hakikatnya menyimbolkan masing-masing kenikmatan dan siksaan yang sepenuhnya bersifat ruhani.

Pertanyaan selanjutnya yang harus kita jawab : kenapa Allah menggambarkan siksaan fisik itu, baik dalam al-Qur’an, maupun melalui Rasul-Nya dengan tingkat “kekejaman” yang begitu ekstrem? Nah, salahsatu penjelasan mengajak kita untuk meletakkan gambaran-gambaran ini dalam konteks keadaan ketika al-Qur’an diturunkan dan Rasul diutus. Siksaan-siksaan yang amat kejam hingga di luar imajinasi kita yang hidup di zaman sekarang, biasa dilakukan pada masa itu. Misal, terkadang masing-masing dari sepasang kaki seseorang yang disiksa diikat ke dua kuda yang bergerak ke arah bertentangan sedemikian, sehingga tubuh orang itu terbelah dua. Masih banyak siksaan-siksaan sadis seperti ini, Maka jika al-Qur’an, dan hadis tak menggambarkan siksaan neraka dengan simbol fisik dan cara yang ekstrem, kepedihannya tak akan begitu dihayati oleh audiens pada masa itu.

Nah, sampailah kita ke pertanyaan terakhir : Kenapa Allah tega memasukkan manusia ke neraka secara “kekal-abadi”? Alternatif jawaban pertama terletak pada cara kita memahami makna kata abad” dalam al-Qur’an, yang biasa diterjemahkan sebagai kekal-abadi itu. Menurut beberapa penafsiran, kata itu sesungguhnya berarti waktu yang lama – dalam bahasa Indonesia berarti “berabad-abad”. Nah, karena di alam ruhani tak ada waktu serial sebagai yang ada di kehidupan dunia ini, maka waktu yang amat lama identik dengan intensitas siksaan itu, intensitas kesedihan dan kesumpekan yang kita alami. Di masa modern, penjelasan ini antara lain oleh Muhammad Iqbal.

Ibn ‘Arabi memiliki penafsiran lain. Memang neraka sebagaimana surga akan kekal abadi. Tapi, sifat panas api neraka tidak abadi. Persis sebagaimana saat Nabi Ibrahim dibakar oleh kaumnya. Ibrahim selamat karena Allah memerintahkan kepada api itu untuk menjadi dingin dan tidak merusak (menyiksa) Ibrahim a.s.

Sebagian kaum Mu’tazilah memiliki penjelasan yang lain mengenai pernyataan al-Qur’an dan hadis tentang keras dan abadinya siksaan di neraka. Mereka menyatakan bahwa kelak Allah tak akan memenuhi janjinya itu. Menurut pendapat ini, adalah suatu kemuliaan – di kalangan bangsa Arab kepada siapa al-Qur’an diturunkan untuk pertama kalinya -- jika kita mengingkari janji kita yang tidak baik kepada orang lain. Misal, kita berjanji akan membalas dendam pada orang yang membunuh orang yang kita cintai. Jika akhirnya kita mengingkari janji itu, sesungguhnya kita sedang melakukan tindakan kemuliaan.

Demikianlah penjelasan kami. Wal-Lahu a’lam bish-shawab.

- 27 November 2008


Sumber :

Haidar Bagir

http://www.madina.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=50:hakikat-surga-dan-neraka&catid=39:newsflash

23 September 2009

Setiap Kesesatan di Neraka

Ungkapan yang pasti benarnya yang disampaikan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut terasa musykil dalam benak banyak orang jika mereka dihadapkan kepadanya ketika membuat atau melakukan bid’ah. Dimana seseorang menjawab dengan rasa tidak senang : “Apakah karena bid’ah yang kecil ini saya di neraka?”

Untuk menjelaskan masalah ini dan jawaban terhadap kemusykilan tersebut dapat kita cermati dari dua hal sebagai berikut.

Pertama : Sesungguhnya di antara akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah, ”Kita tidak menempatkan seseorang dari ahli kiblat tentang surga atau neraka”. Demikain ini dikatakan oleh Abu Ja’far Ath-Thahawi dalam kitab Aqidah Ath-Thahawiyah (hal.378) yang disyarahkan oleh Ibnu Abul Izz Al-Hanafi.

Jadi, sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Setiap kesesatan di neraka” merupakan ancaman yang terdapat dalam banyak hadits dan ayat Al-Qur’an.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata [1] : “Seseorang yang berilmu terkadang menyebutkan ancaman terhadap sesuatu yang dilihatnya sebagai perbuatan dosa, padahal dia mengetahui bahwa orang-orang yang menakwilkannya [2] diampuni dan tidak terkena ancaman. Tetapi dia menyebutkan hal tersebut untuk menjelaskan bahwa perbuatan dosa mengakibatkan mendapat siksa. Dia hanya mengingatkan menghalangi orang dari perbuatan dosa”.

Kedua : Bahwa Ibnu Taimiyah dalam Fatawanya (IV/484) berkata : “Karena nash-nash ancaman [3] bentuknya umum, maka kita tidak menyatakan dengannya kepada orang tertentu bahwa dia termasuk penghuni neraka. Sebab kemungkinan tidak berlakunya hukum yang ditetapkan pada orang yang melakukannya karena adanya penghalang yang kuat, seperti karena taubat, musibah yang menghapuskan dosa, atau syafa’at yang diterima, dan lain-lain”.

Jadi sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Setiap kesesatan di neraka” adalah sifat terhadap amal yang dilakukan seseorang dan sifat dari buah amal yang dilakukannya jika tidak disusuli dengan taubat dan meninggalkannya.

Kemudian ungkapan : “… di neraka” tidak mengharuskan kekal di neraka atau lama di dalamnya. Tetapi seseorang akan masuk neraka sesuai maksiat yang diperbuatnya, baik bentuknya bid’ah atau yang lain.

Berdasarkan hal ini, berlaku hukum lain, yaitu menghalalkan sesuatu yang dilarang dalam agama. Maka siapa yang menghalalkan bid’ah atau yang lainnya dari bentuk-bentuk maksiat dengan menghalalkan dalam hatinya padahal dia mengetahui dan mengakui bahwa sesuatu yang dilakukan tidak ada dasarnya dalam Sunnah, bahkan dia mengetahui, bahwa ia mengoreksi syari’at [4], maka ketika itulah dia “di neraka” karena dia kufur. Semoga Allah melindungi kita dari neraka.

At-Thahawi dalam kitabnya Aqidah yang disarahkan Ibnu Abul Izzi (hal. 316) berkata, “Kita tidak mengkafirkan seorang ahli kiblat yang berbuat dosa selama dia tidak menghalalkan perbuatan dosa tersebut”.

Dan tidak syak bahwa bid’ah adalah dosa yang sangat jelas dan maksiat yang paling nyata [5]. Dan bahwa dalil-dalil yang mengecamnya dan memerintahkan untuk menjauhinya banyak sekali.

Kesimpulannya, bahwa pendapat-pendapat yang batil, bid’ah dan diharamkan yang bernuansa menafikan sesuatu yang telah ditetapkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau menetapkan sesuatu yang dinafikannya, atau memerintahkan sesuatu yang dilarangnya, atau melarang sesuatu yang di perintahkannya, maka kebenaran dikatakan kepadanya dan disampaikan kepadanya ancaman yang disebutkan dalam nash-nash yang ada. Demikianlah yang dikatakan oleh Ibnu Abul Izz Al-Hanafi dalam Syarah Aqidah Ath-Thahawiyah (hal.318). [6]

[Disalin dari kitab Ilmu Ushul Al-Fiqh Al-Bida’ Dirasah Taklimiyah Muhimmah Fi Ilmi Ushul Fiqh, edisi Indonesia Membedah Akar Bid’ah,Penulis Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari, Penerjemah Asmuni Solihan Zamakhsyari, Penerbit Pustaka Al-Kautsar]
__________
Foote Note
[1]. Majmu Al-Fatawa XXIII/305
[2]. Lihat “Antara Membuat Bid’ah dan Ijtihad” yang akan disebutkan dalam Bab III Pasal 1 dalam buku ini.
[3]. Lihat Al-Hujjah II/71 oleh Ash-Shabuni
[4]. Lihat Bab I (pengantar), Kesempurnaan dan Kecukupan Syari’ah.
[5]. Lihat Bab III Pasal 4 “Antara Bid’ah dan Maksiat”
[6]. Disini kami ingin menyebutkan bahwa saya tidak melihat karya ulama yang menjelaskan kajian pada pasal ini, menurut hasil telaah saya dari berbagai buku rujukan. Mudah-mudahan saya mendapatkan taufiq kepada kebenaran dalam tulisan saya ini, dan Allah adalah yang memberi petunjuk kepada jalan kebenaran. Kemudian saya melihat isyarat-isyarat tentang sub kajian ini dalam Manhaj Al-Asya’riyah fil Aqidah : 73-79 Karya Safar Al-Hawali.

- 3 Juni 2007

Sumber :
Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari
23 September 2009